BAHAN LITERASI MINGGU KE-6
BAHAN LITERASI MINGGU KE-6
Sumber: Narasi.tv
Kasus bullying atau perundungan masih marak terjadi, khususnya di lingkungan pendidikan. Jika dibiarkan, bullying mampu berdampak buruk bagi kesehatan mental korban, terlebih jika korbannya masih anak-anak. Berikut tanda-tanda anak yang mengalami bullying.
Bullying adalah perilaku yang sengaja dilakukan seseorang atau kelompok untuk menyakiti korban secara fisik maupun verbal. Perilaku ini bisa terjadi secara berulang. Penyebab bullying biasanya karena ada perbedaan status sosial atau pola kekuasaan.
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mencatat sekitar 3.800 kasus bullying yang terjadi di Indonesia sepanjang 2023. Data ini mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya.
Di tahun 2024 ini, kasus bullying tak lantas hilang begitu saja. Nyatanya banyak ditemui kasus di mana anak SD mengalami bullying di sekolah. Sayangnya, tindakan ini masih dianggap sepele oleh sebagian orang. Mereka berdalih tindakan tersebut sebagai bentuk bercanda sehingga berakhir permakluman.
Korban bullying seringkali tidak berani melaporkan kasusnya kepada orang lain. Hal tersebut dikarenakan mereka takut mendapatkan penghakiman atau reviktim. Oleh karena itu, kita perlu membangkitkan kepekaan apabila ada anak yang menjadi korban bullying.
Lebih banyak diam dan mengurung diri
Ketika anak mengalami bullying, ia menjadi lebih pendiam dan tidak mau banyak bicara. Ia takut untuk mengungkapkan perasaannya kepada orang di rumah sehingga ia memilih diam dan mengurung diri.
Selalu terlihat capek
Biasanya anak akan merasa capek ketika ada pelajaran yang melibatkan fisik seperti olahraga, atau mengikuti pelajaran yang tidak disukai. Anak cenderung akan ceria ketika sampai di rumah apabila harinya menyenangkan.
Jadi, jika anak terlihat capek berkepanjangan, alangkah baiknya untuk menaruh perhatian. Jangan sampai ternyata anak menjadi korban bullying di sekolah.
Mengeluh sakit kepala dan perut
Gejala fisik yang muncul seperti sakit kepala dan perut ini biasanya dirasakan anak yang mengalami bullying. Dalam beberapa kondisi, anak juga mengeluhkan rasa nyeri di bagian tubuh lainnya.
Keluhan sakit juga bisa disampaikan untuk berpura-pura agar ia terhindar dari situasi bullying. Dengan sakit, setidaknya anak bisa mendapatkan perhatian dan perlindungan dari orang-orang terdekat.
Kebiasaan makan dan tidur berubah
Kebiasaan makan dan tidur juga akan berubah ketika anak mengalami bullying. Nafsu makannya menjadi berkurang atau lebih banyak dari biasanya. Sementara ketika tidur, bisa jadi anak mengalami kesulitan tidur atau tidur dalam waktu yang sangat lama.
Kehilangan teman secara tiba-tiba
Bullying juga bisa dilihat dari perubahan dalam kelompok sosialnya. Anak bisa saja kehilangan teman satu per satu. Mereka bisa jadi tidak ingin berteman lagi karena terhasut ucapan atau tindakan pelaku bullying, atau tidak ingin ikut campur masalah bullying tersebut.
Malas bercerita tentang teman-temannya
Selain kehilangan teman, anak juga malas bercerita tentang pertemanannya. Ia cenderung menghindari percakapan tersebut. Padahal, anak justru sangat senang bercerita tentang teman-temannya.
Sering menyakiti diri sendiri
Terakhir yaitu sering menyakiti diri sendiri. Dalam hal ini, bisa saja anak melukai diri sendiri untuk mengekspresikan rasa sakit. Tindakan ini bisa berakhir fatal apabila anak berpikir untuk mengakhiri hidupnya. Jika demikian, anak perlu dibawa ke tenaga profesional untuk penanganan.
Itu tadi beberapa tanda-tanda jika anak mengalami bullying. Ingat, bullying adalah masalah serius yang harus segera diatasi. Jika tidak, maka dapat berdampak buruk bagi perkembangan anak.